Jadi gini, seorang manusia yang berkualitas pasti memilih manusia mana yang dapat masuk dalam hidupnya. Manusia berkualitas tidak mencari validasi dan pengakuan dari manusia yang disukainya. Dia tahu manusia tersebut sudah menyukai dia.
Mungkin ada yang hampa dari cerita di atas. Bagaimana caranya manusia yang dia taksir dapat menjadi tertarik pada manusia itu jika si manusia tidak menembak/menyatakan perasaannya?
Jawabannya adalah dengan kualitas yang dia miliki. Dengan sikapnya, dengan kepribadiannya. Kamu tidak harus menunjukkan ketertarikan lewat kata", yang seperti itu justru lebih bernilai dan terkenang.
Simplenya seperti ini, sebuah produk berkualitas tidak akan meminta kita untuk membeli produknya secara gamblang, kamu ga pernah melihat sebuah iklan yang tagline nya “DIBELI, DONG” kan?
Mereka menunjukkan seberapa berkualitas produknya, dengan cara, mungkin mencantumkan kandungan dari produknya jika produk tersebut adalah makanan, sudah berapa lama produk tersebut beredar, direkomendasikan oleh para pakar gizi, dan lain-lain.
Jika kamu menunjukkan perasaan kamu (menembak) atau dalam kasus sebuah produk, menyuruh konsumen untuk membeli produk kamu, mungkin kamu akan menghadapi penolakan atau bahkan tak dianggap dan diabaikan. Hal yang sama berlaku pada manusia yang akan menembak/menyatakan perasaanya, jadi kamu harus memiliki kualitas tersebut terlebih dahulu untuk dapat membuat manusia yang kamu taksir tertarik padamu.
Jadilah sesosok Raja atau Ratu, daripada kamu menembak, lebih baik kamu fokus pada kualitas diri kamu dan jika saatnya sudah tiba, kamu hanya perlu menyeleksi dan menentukan manusia beruntung mana yang akan menjadi pendamping kamu di kerajaan/pelaminan nanti hehe.
Namun ingat, moment ini tidak akan datang sebelum kamu memperkaya diri kamu dengan kualitas" yang membuat manusia yang kamu taksir tertarik padamu.
Jadi kamu masih mau menyatakan perasaan dengan cara menembak? hehe. :)
Jadi kamu masih mau menyatakan perasaan dengan cara menembak? hehe. :)